Opini  

Refleksi Harlah BNPT: Redam Radikal-Terorisme dan Sinergi Bersama Jaga Indonesia

Oleh : Abdul Warits, Sekretaris Duta Damai Santri Jatim

JATIM ZONE – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah memasuki usia yang ke-14 tahun pada 16 Juli 2025. Momen Hari Lahir (Harlah) ini bukan sekadar perayaan institusional, melainkan waktu reflektif untuk menimbang langkah, menilai capaian, dan meneguhkan kembali komitmen dalam menjaga keselamatan dan kedamaian tanah air dari bahaya laten radikalisme dan terorisme.

Di tengah dinamika global dan nasional yang terus berubah, tantangan ke depan tidak semakin ringan. Justru kompleksitas ancaman yang mengakar dalam ideologi, digitalisasi, serta jaringan transnasional menuntut strategi yang tidak hanya represif, tetapi juga preventif, inklusif, dan kolaboratif.

Selama satu dekade lebih kiprahnya, BNPT telah bertransformasi dari sekadar lembaga yang mengoordinasikan penindakan terhadap aksi teror menjadi institusi yang mengarusutamakan pencegahan dan deradikalisasi.

Berbagai pendekatan lunak seperti dialog lintas agama, pembinaan eks-narapidana terorisme, dan pelibatan masyarakat sipil dalam program ketahanan keluarga dan literasi digital, menunjukkan bahwa akar ekstremisme tidak bisa dicabut hanya dengan senjata dan operasi intelejen.

Ideologi kekerasan sering tumbuh di lahan kosong pemahaman agama, ekonomi yang timpang, marginalisasi sosial, dan keterasingan digital. Maka, strategi pencegahan harus menyasar hulu masalah: pendidikan inklusif, pembangunan yang merata, serta peningkatan kesadaran kolektif tentang pentingnya toleransi dan nasionalisme.

Dalam era digital, medan perang melawan radikalisme berpindah ke dunia maya. Propaganda dan rekrutmen kelompok ekstrem tidak lagi dilakukan melalui forum fisik, tetapi melalui kanal YouTube, media sosial, forum tertutup, hingga game daring. BNPT melalui program Sekolah Damai, Duta Damai Dunia Maya, serta kerja sama dengan influencer dan konten kreator menjadi langkah strategis membendung radikalisme digital.

Namun demikian, penguatan literasi digital masyarakat—terutama generasi muda—harus terus dilakukan. Teknologi tidak bisa dicegah, tetapi pemanfaatannya perlu diarahkan. Pemuda yang paham narasi kebangsaan, memiliki daya kritis, dan terhubung dengan jaringan perdamaian global, adalah aset penting untuk melawan ekstremisme global yang kini bersifat cair dan masif.

Refleksi Harlah BNPT juga menyoroti pentingnya sinergi dan kerja bersama. BNPT tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan kementerian, TNI-Polri, organisasi keagamaan, dunia pendidikan, ormas, media massa, hingga masyarakat akar rumput adalah syarat mutlak keberhasilan upaya pencegahan terorisme.

Program Kawasan Terpadu Nusantara yang melibatkan eks-napiter, tokoh masyarakat, dan pelaku UMKM adalah contoh konkret model sinergi pentahelix (pemerintah, akademisi, komunitas, dunia usaha, dan media) yang perlu diperluas. Dengan menghapus stigma dan membangun ruang hidup baru bagi mereka yang ingin kembali ke jalan damai, Indonesia tidak hanya meredam ancaman, tapi juga memberi harapan.

Ke depan, BNPT diharapkan terus memperkuat pendekatan yang berorientasi pada keadilan sosial dan perlindungan hak asasi. Upaya deradikalisasi harus tetap menjunjung tinggi konstitusi dan menghargai keberagaman.

Harlah BNPT ke-14 harus menjadi momentum untuk memperbarui semangat kolektif dalam menjaga Indonesia. Negeri ini terlalu besar untuk dipecah oleh kebencian, terlalu berharga untuk dikorbankan oleh ideologi kekerasan, dan terlalu indah untuk diwarnai ketakutan.

Dengan semangat gotong royong, kolaborasi lintas sektor, serta komitmen kuat dari setiap elemen bangsa, Indonesia akan tetap menjadi tanah damai, rumah bersama yang aman bagi semua warganya. Selamat Harlah BNPT. Bersama Redam Radikal-Terorisme, Jaga Indonesia!.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *