JATIM ZONE – Content creator ternama, Afta Nasrullah angkat bicara menanggapi maraknya seruan boikot terhadap seluruh warung Madura di Indonesia yang mengemuka di platform media sosial belakangan ini.
Ia menegaskan bahwa konflik antara Yai Mim dan Sahara adalah persoalan pribadi antar tetangga dan tidak boleh dinarasikan menjadi isu kesukuan yang dapat memecah belah masyarakat.
Ia menilai, narasi tersebut hanya berkembang di dunia maya dan tidak mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia yang sebenarnya.
“Boikot semua warung Madura yang ada di Indonesia? Ini menurut saya hanya terjadi di media sosial. Kenyataannya, masyarakat Indonesia sekarang sudah paham bahwa ini permasalahan pribadi, bukan masalah suku,” ujar Afta dalam pernyataannya yang di upload di sosial media tiktok pribadinya, Jumat, 03 September 2025.
Menurutnya, isu ini dipicu oleh segelintir oknum yang sengaja menggiring opini publik ke arah negatif. Ia mengaku heran dengan pihak-pihak yang menarasikan seolah permasalahan tersebut mewakili seluruh masyarakat Madura.
“Saya nggak tahu orang-orang yang seperti ini di kehidupan nyatanya seperti apa. Punya masalah kah sama orang Madura atau tidak? Sebenci apa sama orang Madura?” ujarnya.
Pria berdarah Madura Bangkalan ini menegaskan bahwa dalam setiap suku pasti ada individu baik maupun buruk. Ia menolak anggapan bahwa kesalahan satu orang bisa digeneralisasi terhadap seluruh suku.
“Kalau berbicara soal suku Madura, saya yakin semua suku di Indonesia pasti ada yang baik juga ada yang buruk. Jangan sampai satu orang melakukan kesalahan, langsung sukunya yang disalahkan,” tegasnya.
Lebih lanjut, pria berparas tampan ini menyoroti peran masyarakat Madura dalam dunia usaha. Menurutnya, banyak warga Madura yang berhasil dalam bisnis dan membuka lapangan kerja bagi orang lain.
“Kalau orang Madura selalu disebut resek atau pembuat onar, bagaimana dengan mereka yang sukses dan kaya? Orang resek nggak akan pernah kaya. Banyak orang Madura yang bisnisnya berhasil dan banyak membuka lapangan pekerjaan,” kata dia.
Ia menegaskan tidak berpihak kepada Yai Imin atau Sahara, melainkan ingin melindungi masyarakat Madura yang tidak terlibat dalam permasalahan namun ikut terdampak.
“Biasanya, orang yang membuat narasi negatif seperti itu punya konflik pribadi atau dendam dengan suku tertentu. Saya yakin masyarakat sekarang sudah bijak dan pintar dalam menyikapi isu seperti ini,” ungkapnya.
Afta juga berharap polemik ini segera diselesaikan dengan cara damai. Ia meminta pihak terkait, termasuk keluarga Sahara, untuk menyampaikan permohonan maaf secara terbuka.
“Untuk Mbak Sahara dan suaminya itu sebaiknya minta maaf, bukan minta maaf ke Yai Imin kalau memang kalian merasa benar. Tapi minta maaf karena sudah membawa suku Madura karena efeknya ke banyak orang. Saya percaya ketika kalian minta maaf sepenuh hati akan berdampak positif juga kepada kalian, pungkasnya.